BANNER

banner kecil

Jumat, 11 April 2003

Resensi Pidato Prof. Dr. Mustafid M.Eng Bertajuk "Mengembalikan Grand Concept Dakwah Jama'ah Asy-Syahadatain"

Pidato Prof. Dr. Mustafid, M.Eng dalam Acara Silaturahim Jama'ah Asy-Syahadatain Kabupaten Pati, Kudus, Jepara dan Demak di Pondok Pesantren Miftahussa'adah Kudus.
Indonesia yang merupakan salah satu Negara yang dihuni oleh umat islam terbesar di dunia seharusnya patut untuk kita syukuri. Terlebih lagi ketika kita dilahirkan dan kemudian hidup di Indonesia yang menjadi tempat munculnya tokoh-tokoh agama dan pemikir islam seperti Wali Songo.
Besarnya populasi umat islam di Indonesia menumbuhsuburkan organisasi kemasyarakatan (ORMAS) yang berbasic keagamaan dan yang berpegang pada al-Qur’an dan Hadis.
Di antara keunggulan sisi lain bangsa Indonesia adalah bahwa ulama’-ulama’ besar yang muncul di Indonesia keturunan yang yang lahir dari ulama’ besar pula. Sebagaimana Sayyidi Syaikhunal Mukarrom yang lahir menjadi ulama besar. Kita patut bersyukur pula telah dijadikan sebagai salah satu murid Abah Umar.
Kehadiran Abah Umar adalah adalah untuk mengajarkan ajaran yang bertujuan untuk menjawab problematika syariat Islam yang telah tercampur dengan kebudayaan Indonesia, seperti shalat memakai peci putih atau baju yang biasa dipakai orang Indonesia. Hal tersebut kemudian dikembalikan oleh beliau untuk bisa kembali ke koridor syariat yang di tentukan oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu menggunakan sorban dan jubah.
Salah satu keagungan ajaran-ajaran beliau adalah ajaran yang bersifat kaffah. Artinya, ajaran beliau tidak perlu untuk dipelajari secara khusus dan memakan proses yang lama. Justru ajaran beliau dikonsepkan dan diformulasikan sedimikian rupa sehingga bisa diterima oleh siapapun tanpa harus ada keahlian khusus dan kapanpun tanpa ada proses yang lama untuk mempelajarinya. Keagungan beliau yang lain adalah misi untuk merubah dan mengembalikan kondisi zaman saat ini menjadi sebagaimana zaman Rasulullah secara proposional.
Setelah kita mengerti dan mensyukuri atas apa yang dianugerahkan kepada kita, maka kita berkewajiban untuk menjaga dan menyampaikannya kepada orang lain. Terlebih lagi kita yang dianggap sebagai khalifah fil Ardl (pememimpin di bumi) dan yang beran sebagai wakil Rasulullah untuk menjadi uswatun hasanah (contoh yang baik) maka kewajiban kita adalah menjaga sunnah Rasul dan mencontohkannya kepada orang lain.
Berkenaan dengan organisasi maka akan lebih bijak apabila kita menggerakkan 2 (dua) gerakan sekaligus (double movement). Tinggkatan pertama adalah tokoh sebagai pembimbing yang bergerak untuk menghasilkan kebijaksanaan untuk kesejahteraan jama’ah. Tingkatan kedua adalah golongan muda yang bergerak sebagai motor organisasi.
Saya (Prof. Mustafid) berharap jangan sampai nanti terjadi “gesekan” internal yang mengakibatkan perpecahan jama’ah. Semoga dengan dibentuknya DPD Pati, Kudus, Jepara dan Demak bisa memperkuat posisi kita di tengah-tengah masyarakat pada umumnya. Amin.
Yang menjadi perhatian kita adalah prinsip kita wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin (dan tidaklah Aku utus kamu (Muhammad) kecuali untuk rahmat bagi seluruh alam). Inilah misi utama Abah Umar dalam menyebarluaskan ajarannya. Dan menjadi misi kita pula untuk meneruskan perjuangan beliau untuk menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). 
Harapan saya setelah terbentuknnya DPD Pati, Kudus, Jepara dan Demak, semoga akan merambat ke Daerah yang lain di Jawa Tengah. Dan setelah terkondisi maka baru kita siap untuk melengkapi susunan Dewan Pimpinan Wilayah di Jawa Tengah.