BANNER

banner kecil

Minggu, 01 April 2012

Bukan "Pendusta Syahadat" hanya "Menyembunyikan Syahadat" (bagian 1)



Ahad, 7 Shaffar 1377 H, MUDRIK
وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آَثِمٌ قَلْبُهُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
Artinya: “ … Janganlah kamu menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Baqarah: 283)
Sifat mukmin ngati-ngati kelakuhane             # ayu diwaca sira kabih wiridane
Mumpung dunya ati salim gagi gawe             # ora gawe amal akhirat ora duwe
Watir dunya bokan bli olih kasabane             # watir akhirat bokan blolih pengapurane
Kasab dunya lan akhirat kang seimbang         # tinggal wajib lan sunnah dueni wirang
Artinya:
“Sifat orang mukmin adalah berhati-hati dalam berbuat. (Untuk itu mari) kita baca (dan amalkan) semua aurad. Mumpung dunia ini (kita masih berkesampatan) untuk mendapatkan qalb salim (hati yang sehat dari penyakit) maka cepatlah ciptakan. Apabila kita tidak membuat (hati salim) maka kita tidak akan mempunyai pahaala di akhirat. Kekhawatiran di dunia adalah apabila kita takut tidak mendapat pekerjaan, sedangkan kekhawatiran di akhirat adalah apabila kita takut tidak memperoleh pengampunannya. Kasab (pekerjaan) dunia dan akhirat harus seimbang, yaitu apabila meninggalkan wajib dan sunnah punya rasa malu.”
Demikian kami kutip kitab tulisan tangan KH. Abdurrosyid Wanantara.
Dalam penggalan surat al-Baqarah ayat 283 sebagaimana yang disebutkan di atas, pada dasarnya merupakan keterangan ayat mengenai hukum mu’malah yang dalam hal ini adalah hutang piutang. Namun, apabila kita melihat dari segi makna filosofis, maka kita akan banyak menjumpai makna dibalik ayat tersebut yang luar biasa dalam. Dengan demikian supaya tidak keluar dari makna yang diharapkan oleh Syaikhuna Abah Umar, maka kita harus merelasikan dengan syair dibawahnya.
Menyembunyikan persaksian dalam ayat tersebut merupakan menyembunyikan persaksian dalam hal hutang piutang, namun secara filosofi persaksian di sini ialah syahadah an la ilaha illa Allah wa anna Muhhammad rasulullah (penyaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah). Dengan demikian oyang menyembunyikan persaksian dalam hal aqidah adalah orang yang tidak mau menampakkan ke-imanan-nya kepada orang lain. Padahal makna syahadat sesungguhnya adalah a’lamu, a’taqidu, wa ubayyinu li ghairi (aku mengetahui, meyakini, dan menunjukkan kepada orang lain), apabila orang yang bersyahadat namun tidak dijelaskan kepada orang lain, maka syahadat orang tersebut belum sempurna karena salah satu dari 3 (tiga) unsur tersebut yaitu ilmu, keyakinan, dan penunjukan kepada orang lain belum ada.
Mungkin pembaca akan bertanya-tanya, lalu bagaimana kah untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa kami adalah orang yang telah bersyahadat? Inilah pentingnya syair yang terdapat di atas tadi.
Sifat mukmin ngati-ngati kelakuhane             # ayu diwaca sira kabih wiridane
Mumpung dunya ati salim gagi gawe             # ora gawe amal akhirat ora duwe
Watir dunya bokan bli olih kasabane             # watir akhirat bokan blolih pengapurane
Kasab dunya lan akhirat kang seimbang         # tinggal wajib lan sunnah dueni wirang