BANNER

banner kecil

Jumat, 23 Mei 2014

Men-dawam-kan Syahadat untuk Pondasi Ideologi



Kang aran sugih bungah susah eling Allah # serta manut peritahe Rasulullah
Sapa wonge gonjang ganjing syahadate # Pikir keder uripe banget repote

Kalimat syahadat merupakan sumber ideologi Islam yang menjadi pondasi setiap amal shalih. Dalam setiap amal shalih pasti akan beriringan dengan keimanan. Semakin baik kualitas amal shalih seseorang maka semakin kuat kadar keimanan seseorang. Sebaliknya, semakin rusak amal shalih seseorang maka semakin lemah pula keimanan seseorang.

Ideologi dibangun bukan hanya dengan logika (akal) saja. Namun ideologi dibangun dan disusun dengan hati. Logika mempunyai batasan yang mencegah sisi manusiawi untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi untuk ber-tawajjuh (menghadap) Tuhannya. Pasang dan surutnya kadar keimanan seseorang pula menggunakan takaran hati. Maka dalam penghujung tasyahud akhir Rasulullah mengajarkan untuk membaca doa supaya menetapkan hati kita pada agama Allah, sebagaimana dalam hadits

Berkata Abu Ya’la: bercerita Syabab, bercerita kepada kami Muhammad bin Humran, bercerita kepada kami Shafwan, bercerita kepada kami Ashim bin Kulaib, dari ayahnya, dari kakeknya berkata:
“Aku masuk masjid dan Rasulullah SAW. sedang shalat. Beliau meletakkan tangan kanannya pada pupu kanannya dan berisyarat dengan jari telunjuknya seraya berdoa:
يا مقلب القلوب، ثبت قلبي على دينك
‘wahai Pembolak-balik hati, tetapkan hatiku pada agama-Mu”
(Al-Mathaib al-Aliyyah bi Zawaid al-Masanid as-Tsamaniyyah, karya Ibnu Hajar al-Atsqalani, juz 1 hlm. 181)

Dalam kesempatan lain Rasulullah pernah ditanya oleh Aisyah karena banyanya Rasul membaca doa tersebut. Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah kenapa engkau memperbanyak doa tersebut, apakah engkau takut?” Rasul menjawab: Tidaklah demikian keyakinannku ya Aisyah! Hati hamba-hamba Allah adalah bagaikan di kedua jari dari jari-jari Allah yang maha al-Jabbar. Ketika Ia menghendaki membalikkan hati hamba-Nya maka berbaliklah hati itu”
(at-Tadzkirah, Imam al-Qurthubi, juz 1 hlm. 42)

Seseorang yang telah dianugerahi Allah memantapkan keimanannya di dalam hati maka ia bagaikan pohon yang kuat akarnya dan batangnya menjulang tinggi ke angkasa. Buah keimanannya akan mudah untuk dipetik, serta daya tahan pohon tidak akan mudah mati. Sebalikanya seseorang yang rusak keimanannya, maka bagaikan pohon yang akarnya membusuk dan mengering. Selanjutnya pohon itu akan mudah mati dan jatuh ke tanah.

Representative dari kuatnya keimanan hati adalah konsistensi dalam melafalkan kalimat thayyibah yang membasahi bibir sebagai dzikir atau wirid setiap saat. Sedangkan cerminan rusaknya hari ialah keringnya bibir dari kalimat thayyibah yang efeknya akan mengeringkan dan mengeraskan hati. Allah berfirman:
وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ (23) أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26) يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (27)
“Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam syurga itu ialah "salaam". Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 23-27)

Syaikh Nawawi al-Jawi dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa maksud dari al-Qaul as-Tsabit adalah Syahadat tiada tuhan selain Allah. Beliau juga mengutip pendapat Ibnu Abbas bahwa aktualisasi dalam usaha mengneguhkan hati pada kalimat syahadat adalah dengan men-dawam-kannya. Ibnu Abbas berkata: “Siapa yang melanggengkan membaca syahadat di kehidupan dunia maka Allah akan meneguhkannya di kubur dan Allah mengajarkannya.”
(Mirah al-Labid, Syaikh an-Nawawi al-Jawi, hlm. 436)

Minggu, 12 Mei 2013

Berguru Lebih Dari Satu

Beberapa teman Jama'ah ada yang bertanya kepada saya:
Bolehkah aurad (wirid-wirid) dan dzikir tuntunan Abah Umar dibarengi atau diiringi dengan aurad dan dzikir dari guru tarekat yang lain? Lalu apa hukumnya bertarekat lebih dari dua guru?

Kami menjawab:
Sebaiknya laksanakan tuntunan dari satu guru, karena ulama tarekat sepakat bahwa yang utama adalah hanya melaksanakan aurad dan dzirikir serta tuntunan dari satu guru saja. Lihat di kitab Radd Akadzib halaman 48

وقد نص العلماء على ان الافضل ان يشتغل المرء بطريق واحد كما يشتغل طالب العلم بشيخ واحد (رد اكاﺫب - ٤۸)

"Ulama menash (memastikan) bahwa yang utama adalah menyibukkan diri dengan satu tarekat saja, sebagaimana orang yang menuntut ilmu kepada satu guru saja."

Bahkan dalam kitab al-Anwar al-Qudsiyyah menisbatkan orang yang mempunyai guru lebih dari satu telah menduakan ajaran. Sedangkan orang yang menduakan ajaran tersebut dianggap sebagai godaan dari syaitan untuk menggagalkan bertarekat.

من لم يكن له استاﺫ واحد فهو مشرك فى الطريق والمشرك شيخه الشيطان (ﺍﻻﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﻘﺪﺳﻴﺔ - ٤٣)

"Siapa yang gurunya tidak tunggal maka ia menserikatkan tarekat, dan orang yang menserikatkan tarekat itu syaikhnya adalah syaitan"


Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network

Selasa, 12 Maret 2013

Percaya Guru Mursyid, Kunci Bertarekat

Guru nuntun kesugihan dunya akhirat
Yen gelema pada buka neng syahadat

Seorang salik (pelaku tarekat) adalah ibarat kertas putih yang belum terlukis, atau tepung terigu yang belum menjadi makanan. Sedangkan Guru Mursyid ibarat seorang seniman yang akan melukis di kertas putih atau seorang koki yang akan membuat makanan dari bahan dasar tepung.

Kepasrahan seorang salik menentukan keberhasilah dalam menjalankan tuntunan tarekatnya. Semakil salik tuntuk kepada gurunya maka semakin cepat dia wushul mendapatkan hakekat kehidupan. Ibarat orang buta yang dituntun namun ragu dengan orang yang menuntunnya, maka jalan pun semakin lama dan berat.

Dengan demikian salik harus punya rasa percaya kepada gurunya. Sejenak saja salik meragukan gurunya maka nasehat yang diajarkan oleh gurunya tidak akan bermanfaat.

ان المعلم والطبيب كلهما # لم ينصحان ادا هما لم يكرما

"Sesungguhnya Guru dan Dokter, keduanya tidak akan memberikan nasehat (menyembuhkan penyakit), apabila keduanya tidak dimuliakan (tidak ditercaya, tidak dihargai) oleh murid atau pasiennya"

Alkisah diceritakan, suatu ketika Imam Ghazali shalat berjamaah dengan adiknya Syaikh Muhammad. Namun, entah mengapa tiba-tiba Syaikh Muhammad mufarraqah (memisahkan diri dari jamaah) dengan Imam Ghazali. Setelah selesai shalat Imam Ghazali memohon kepada ibunya untuk bertanya kepada adiknya kenapa dia mufarraqah, dan adakah yang tidak sah di dalam shalatnya.

Kemudian ibunda Imam Ghazali bertanya kepada Syaikh Muhammad: "Muhammad anakku, kenapa engkau tadi dalam shalat mufarraqah dengan kakakmu? Adakah yang tidak sah pada Ahmad (Imam Ghazali)?"
Syaikh Muhammad menjawab: "Aku tadi melihat kangmas Ahmad dalam shalat seluruh badannya penuh dengan darah, sehingga tidak mungkin aku meneruskan makmun dengan beliau"

Sang ibunda pun menceritakan hal tersebut kepada Imam Ghazali. "Astaghfirullah, aku baru ingat, sebelum shalat aku memikirkan tentang darah haid. Karena bab tentang darah haid ini merupakan hal yang rumit sampai-sampai ketika aku shalat menjadi imam tadi aku teringat terus akan darah haid"

Imam Ghazali pun menyadari bahwa pasti gurunya Syaikh Muhammad adalah orang alim dan hebat. Bertanyalah Imam Ghazali kepada adiknya perihal gurunya, dan dia berniat akan berguru dengan gurunya tersebut.

Namun, adiknya tidak mau mengatakan siapa gurunya lantaran malu akan keberadaan gurunya. Karena terus didesak, adiknya pun mau mengatakannya. Ternyata guru adiknya adalah orang biasa yang bekerjaan sehari-harinya sebagai tukan sol sandal di pasar.

Hal tersebut tidak mengurungkan niat Imam Ghazali belajar kepada beliau. Setelah beliau menemukannya beliau meminta guru tersebut untuk mengangkat imam Ghazali sebagai muridnya. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh guru lantara imam Ghazali adalah imam besar dan mulia. Sedangkan beliau hanyanya tukang sol sepatu.

Walaupun sudah ditolah imam Ghazali tetap keukeuh ingin menjadi muridnya, sehingga imam Ghazali menunggu selama tiga hari tiga malam di lapak guru tersebut. Karena, keyakinan imam Ghazali kepada guru lah yang membuat beliau mau menerimanya menjadi murid.

Maring Guru kang percaya dulur pomah
Zaman akhir sapa kang momong agama
Ingkang momong bangsa turunane nabi
Turun olih perintah sing Allahu Rabbi
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network

Sabtu, 09 Februari 2013

Kabar dari Jama'ah Asy-Syahadatain Banteng Mati

DEMAK, sejak sore hari daerah Demak dan sekitarnya diguyur hujan. Derasnya hujan ditambah angin kecang yang seakan merobek ramenya hujan membuat suasana semakin dingin hingga menusuk tulang. Satu demi satu rombongan yang merupakan Jama'ah Asy-Syahadatain wilayah Jawa Tengah mulai berdatangan. Mereka datang perlunya mengikuti acara tahunan yang diadakan oleh Jama'ah Asy-Syahadatain Banteng Mati, kecamatan Mijen.
Walaupun desa Banteng Mati merupakan desa terpencil dan jauh dari keramaian, namun seakan hari ini Sabtu, 9 Februari 2013 mereka mempunyai hajat besar. Acara yang diadakan sejak 10 tahun yang lalu ini bertajuk Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Penduduk yang dihuni ratusan kepala keluarga ini 70 % adalah Jama'ah Asy-Syahadatain.
Ditengah suasana yang dingin karena hujan dan angin kencang, di masjid Jama'ah Asy-Syahadatain Banteng Mati sudah diisi penuh oleh jamaah yang datang dari penjuru daerah se Jawa Tengah. Masjid dengan kapasitas limaratusan jamaah ini merupakan masjid yang termegah di wilayah kecamatan Mijen.
Acara diawali dengan shalat Maghrib berjamaah yang diimami oleh al-Habib Drs. H. Abdurrahman, MA. Ph.D. Kemudian acara disambung dengan pembacaan Aurad Maghrib yang dipimpin oleh K. Ahmad Yasin bin K. Zamakhsyari yang merupakan tokoh Jama'ah Asy-Syahadatain Banteng Mati. Waktu Maghrib diakhiri dengan bacaan Maulid Nabi al-Barzanji atau yang biasa disebut Marhabanan.
Acara kemudian dilanjutkan dengan. Shalat Isya berjamaah yang diimami oleh al-Habib Muhammad Aqil bin Yahya yang merupakan Ketua Jama'ah Asy-Syahadatain wilayah Jawa Barat. Kemudian disambung dengan Shalat Witir berjamaah dengan imam al-Habib Qosim bin Yahya Panguragan Jawa Barat. Sebagai penutup diakhiri dengan Tawasul yang diimami oleh al-Habib Abdurrahman bin Umar bin Yahya.
Dipenghujung kegiatan, adalah acara sambutan oleh Sesepuh dan Dewan Pembina Jama'ah Asy-Syahadatain Jawa Tengah Prof. Dr. Mustfid, M.Eng serta Tausiyah dari al-Habib Muhammad Aqil bin Yahya.
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network

Sabtu, 12 Januari 2013

Taukah Anda Asror Khatam an-Nubuwwah?

Khatam an-Nubuwwah atau stempel kenabian yang dalam istilah lain disebut sebagai lambang "tawajjuh" merupakan cap kenabian sebagai salah satu legalitas tanda kenabian Rasulullah Muhammad saw.

Khatam an-Nubuwwah ini terdapat pada antara pundak Rasulullah. Munculnya stempel kenabian ini dikatakan sejak Rasulullah dilahirkan. Namun pendapat yang lain mengatakan munculnya setelah beberapa saat dilahirkan. Begitu muncul tanda kenabian tersebut bersamaan dengan keluarnya cahaya yang menjulang tinggi ke atas langit.

Asror dari Khatam an-Nubuwwah tersebut bagi kita di antaranya adalah diriwayatkan oleh at-Tirmidzi ra. beliau berkata: "Siapa yang berwudlu kemudian melihatnya (khatam an-nubuwwah) di waktu subuh, maka Allah menjaganya sampai sore hari. Siapa yang melihatnya di waktu Maghrib maka Allah menjaganya sampai waktu subuh. Siapa yang melihatnya pada permulaan bulan, maka Allah menjaganya sampai akhir bulan dari bala' dan mara bahaya. Siapa yang melihatnya pada waktu bepergian, maka kepergiannya akan menjadi berkah. Dan siapa yang meninggal pada tahun itu juga, maka Allah menutupnya dengan keimanan. Yang terpenting yang saya kehendaki dari Allah bahwa orang yang melihatnya dengan pandangan cinta dan iman sepanjang umurnya sekali, maka Allah menjaganya dari semua yang dibenci sampai bertemu dengan Allah"

Jamaah Asy-Syahadatain menggunakan lambang tersebut filosofinya adalah guru kita Abah Umar bin Ismail bin Yahya mengharapkan muridnya mendalami makna yang terkandung di dalamnya sehingga akan timbul cinta dan keimanan. Pada akhirnya setelah timbul cinta dan keimanan bahwa Allah adalah dzat yang esa dan yang hanya berhak disembah serta tidak mempunyai sekutu dan nabi Muhammad adalah hamba Allah dan utusanNya maka kemudian kita dijadikan seorang hamba yang dijaukan dari hal yang kita benci maupun Allah benci sehingga mudah untuk bertemu Allah.

Sumber: Madarij as-Su'ud: 50-51
Wallahu A'lam bis Shawab, 1 Rabiul Awwal 1434 H
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network

Jumat, 28 Desember 2012

Tanda Akhir Zaman

Umat zaman akhir kabeh bae pada tuna # yang mong tuna gage gandul neng syaikhuna

Semakin tinggi ilmu kita maka semakin tinggi pula tanggung jawab kita untuk mengamalkannya. Orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya maka dia dianggap sebagai orang yang telah mengkhiyanati ilmunya. Bukan kemanfaatan yang dia dapatkan tapi justru laknat ilmu yang dia terima. Ilmu juga tidak untuk dipamerkan sehingga ilmu itu menjadi berdebu dan usang. Tapi ilmu harus diaktualisasikan sehingga ibarat pisau semakin diasah akan semakin tajam.

Disaat orang alim sudah tidak lagi menggunakan ilmunya maka datanglah masa yang diramalkan sebagai akhir zaman. Akhir zaman tersebut mempunyai salah satunya adalah hilangnya perkara yang haq sehingga orang alim pun ibadahnya tidak haq.

Tanda-tanda datangnya akhir zaman yang lain adalah hilangnya keberkahan orang yang mencari nafkah. Rasulullah menceritakan bahwa keberkahan tersebut hilang karena mereka semakin menjauh dari para intelektual muslim (ulama') dan pakar hukum islam (fuqaha'). Sabda Rasulullah:
"Akan datang masanya orang-orang menjauh dari para ulama dan fuqaha, sehingga Allah akan mencoba mereka dengan 3 (tiga) hal: Allah akan menghilangkan keberkahan dari apa yang mereka kerjakan, Allah akan mendatangkan pemimpin dzolim, dan Mereka keluar dari dunia tanpa membawa iman"

Ciri-ciri orang yang kehilangan keberkahan adalah cukupnya harta, namun hatinya masih merasa kekurangan.

Tanda-tanda berikutnya adalah sudah tidak ada lagi kasih sayang. Banyak terjadi pembunuhan, perperangan, yang terhangat ada tawuran baik antar pelajar, antar desa bahkan antar pemimpin kelompok. Ada juga yang populer dan menjadi tren seperti pembunuhan bayi yang tidak berdosa.

Tanda-tanda yang selanjutnya adalah banyak orang yang sudah lupa akan Tuhannya. Walaupun mereka menghadap Allah ketika shalat, namun hatinya berpaling dan lalai akan Allah. Ini juga yang dimaksud al-Quran sebagai orang yang mendustakan agama. Firman Allah:
"Tahukah kami (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberik makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya" (QS. Al-Ma'un: 1-5)
Iki zaman sampun ilang perkara kang haq # bagen alim ibadahe ora haq
Iki zaman sampun ilang kaberkahan # bagen sugih atine ngerasa kemlaratan
Iki zaman ora nana ning ganjaran # bagen ahli ibadah ibadahe lali Pengeran
(Nadzom catatan KH. Abdur Rosyid Wanantara)

Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network

Kamis, 27 Desember 2012

Manfaat Bermajlis Bersama Intelektual Muslim

Intelektual muslim adalah orang alim yang mengetahui seluruh ilmu yang berkenaan dengan syariah dan akidah. Dua ilmu ini adalah representatif dari ilmu agama, yaitu ilmu yang mendefinisikan dan mengatur segala hal tentang agama. Ilmu syariah adalah ilmu yang mempelajari tentang diskripsi hukum islam. Baik dalam hal ubudiyah (ibadah), dan mu'amalah (sosial).

Sedangkan ilmu akidah adalah ilmu yang mempelajari tentang diskripsi ideologi atau keyakinan. Ideologi tersebut mencakup keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab-Nya, Utusan-Nya, Taqdir dan Ketetapan-Nya, serta Hari Kiamat. Cakupan 6 hal ini kemudian disebut sebagai rukun Iman.

Orang yang menguasai dalam 2 bidang ilmu tersebut adalah yang dikatakan sebagai orang alim. Bermajlis bersama orang alim merupakan upaya yang tepat agar kita selamat dari kesesatan. Mendengarkan petuahnya merupakan penyejuk hati. Berinteraksi dengannya merupakan sarana pembelajaran bagi yang belum tau. Serta bermitra dengan orang alim adalah jalan untuk menghindari jatuhnya keharaman.

Hal tersebut yang termaktub dalam catatan KH. Abdur Rasyid sebagai salah satu murid kepercayaan Habib Umar bin Isma'il bin Yahya yang diamanahi untuk mencatat setiap petuah yang keluar dari beliau:

من جلس عند العالم ساعتين # او أكل معه لقمتين
او سمع منه كلمتين # او مشي معه خطوتين
أعطاه اللّه تعالى جنتين # كل جنت مثل الدنيا مرتين

Sapa wonge lungguh rong jam ning wong alim
Atawa mangan rong pulukan sarta wong alim
Atawa ngerungu rong kalimah sing wong alim
Atawa melaku rong tindakan sarta wong alim
Mangka gusti Allah maringi surga loro
Saben siji surga padane dunya loro
(Catatan KH. Abdur Rasyid Wanantara)


Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network