Minggu, 12 Mei 2013
Berguru Lebih Dari Satu
Bolehkah aurad (wirid-wirid) dan dzikir tuntunan Abah Umar dibarengi atau diiringi dengan aurad dan dzikir dari guru tarekat yang lain? Lalu apa hukumnya bertarekat lebih dari dua guru?
Kami menjawab:
Sebaiknya laksanakan tuntunan dari satu guru, karena ulama tarekat sepakat bahwa yang utama adalah hanya melaksanakan aurad dan dzirikir serta tuntunan dari satu guru saja. Lihat di kitab Radd Akadzib halaman 48
وقد نص العلماء على ان الافضل ان يشتغل المرء بطريق واحد كما يشتغل طالب العلم بشيخ واحد (رد اكاﺫب - ٤۸)
"Ulama menash (memastikan) bahwa yang utama adalah menyibukkan diri dengan satu tarekat saja, sebagaimana orang yang menuntut ilmu kepada satu guru saja."
Bahkan dalam kitab al-Anwar al-Qudsiyyah menisbatkan orang yang mempunyai guru lebih dari satu telah menduakan ajaran. Sedangkan orang yang menduakan ajaran tersebut dianggap sebagai godaan dari syaitan untuk menggagalkan bertarekat.
من لم يكن له استاﺫ واحد فهو مشرك فى الطريق والمشرك شيخه الشيطان (ﺍﻻﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﻘﺪﺳﻴﺔ - ٤٣)
"Siapa yang gurunya tidak tunggal maka ia menserikatkan tarekat, dan orang yang menserikatkan tarekat itu syaikhnya adalah syaitan"
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
Selasa, 12 Maret 2013
Percaya Guru Mursyid, Kunci Bertarekat
Yen gelema pada buka neng syahadat
Seorang salik (pelaku tarekat) adalah ibarat kertas putih yang belum terlukis, atau tepung terigu yang belum menjadi makanan. Sedangkan Guru Mursyid ibarat seorang seniman yang akan melukis di kertas putih atau seorang koki yang akan membuat makanan dari bahan dasar tepung.
Kepasrahan seorang salik menentukan keberhasilah dalam menjalankan tuntunan tarekatnya. Semakil salik tuntuk kepada gurunya maka semakin cepat dia wushul mendapatkan hakekat kehidupan. Ibarat orang buta yang dituntun namun ragu dengan orang yang menuntunnya, maka jalan pun semakin lama dan berat.
Dengan demikian salik harus punya rasa percaya kepada gurunya. Sejenak saja salik meragukan gurunya maka nasehat yang diajarkan oleh gurunya tidak akan bermanfaat.
ان المعلم والطبيب كلهما # لم ينصحان ادا هما لم يكرما
"Sesungguhnya Guru dan Dokter, keduanya tidak akan memberikan nasehat (menyembuhkan penyakit), apabila keduanya tidak dimuliakan (tidak ditercaya, tidak dihargai) oleh murid atau pasiennya"
Alkisah diceritakan, suatu ketika Imam Ghazali shalat berjamaah dengan adiknya Syaikh Muhammad. Namun, entah mengapa tiba-tiba Syaikh Muhammad mufarraqah (memisahkan diri dari jamaah) dengan Imam Ghazali. Setelah selesai shalat Imam Ghazali memohon kepada ibunya untuk bertanya kepada adiknya kenapa dia mufarraqah, dan adakah yang tidak sah di dalam shalatnya.
Kemudian ibunda Imam Ghazali bertanya kepada Syaikh Muhammad: "Muhammad anakku, kenapa engkau tadi dalam shalat mufarraqah dengan kakakmu? Adakah yang tidak sah pada Ahmad (Imam Ghazali)?"
Syaikh Muhammad menjawab: "Aku tadi melihat kangmas Ahmad dalam shalat seluruh badannya penuh dengan darah, sehingga tidak mungkin aku meneruskan makmun dengan beliau"
Sang ibunda pun menceritakan hal tersebut kepada Imam Ghazali. "Astaghfirullah, aku baru ingat, sebelum shalat aku memikirkan tentang darah haid. Karena bab tentang darah haid ini merupakan hal yang rumit sampai-sampai ketika aku shalat menjadi imam tadi aku teringat terus akan darah haid"
Imam Ghazali pun menyadari bahwa pasti gurunya Syaikh Muhammad adalah orang alim dan hebat. Bertanyalah Imam Ghazali kepada adiknya perihal gurunya, dan dia berniat akan berguru dengan gurunya tersebut.
Namun, adiknya tidak mau mengatakan siapa gurunya lantaran malu akan keberadaan gurunya. Karena terus didesak, adiknya pun mau mengatakannya. Ternyata guru adiknya adalah orang biasa yang bekerjaan sehari-harinya sebagai tukan sol sandal di pasar.
Hal tersebut tidak mengurungkan niat Imam Ghazali belajar kepada beliau. Setelah beliau menemukannya beliau meminta guru tersebut untuk mengangkat imam Ghazali sebagai muridnya. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh guru lantara imam Ghazali adalah imam besar dan mulia. Sedangkan beliau hanyanya tukang sol sepatu.
Walaupun sudah ditolah imam Ghazali tetap keukeuh ingin menjadi muridnya, sehingga imam Ghazali menunggu selama tiga hari tiga malam di lapak guru tersebut. Karena, keyakinan imam Ghazali kepada guru lah yang membuat beliau mau menerimanya menjadi murid.
Maring Guru kang percaya dulur pomah
Zaman akhir sapa kang momong agama
Ingkang momong bangsa turunane nabi
Turun olih perintah sing Allahu Rabbi
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
Sabtu, 09 Februari 2013
Kabar dari Jama'ah Asy-Syahadatain Banteng Mati
Walaupun desa Banteng Mati merupakan desa terpencil dan jauh dari keramaian, namun seakan hari ini Sabtu, 9 Februari 2013 mereka mempunyai hajat besar. Acara yang diadakan sejak 10 tahun yang lalu ini bertajuk Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Penduduk yang dihuni ratusan kepala keluarga ini 70 % adalah Jama'ah Asy-Syahadatain.
Ditengah suasana yang dingin karena hujan dan angin kencang, di masjid Jama'ah Asy-Syahadatain Banteng Mati sudah diisi penuh oleh jamaah yang datang dari penjuru daerah se Jawa Tengah. Masjid dengan kapasitas limaratusan jamaah ini merupakan masjid yang termegah di wilayah kecamatan Mijen.
Acara diawali dengan shalat Maghrib berjamaah yang diimami oleh al-Habib Drs. H. Abdurrahman, MA. Ph.D. Kemudian acara disambung dengan pembacaan Aurad Maghrib yang dipimpin oleh K. Ahmad Yasin bin K. Zamakhsyari yang merupakan tokoh Jama'ah Asy-Syahadatain Banteng Mati. Waktu Maghrib diakhiri dengan bacaan Maulid Nabi al-Barzanji atau yang biasa disebut Marhabanan.
Acara kemudian dilanjutkan dengan. Shalat Isya berjamaah yang diimami oleh al-Habib Muhammad Aqil bin Yahya yang merupakan Ketua Jama'ah Asy-Syahadatain wilayah Jawa Barat. Kemudian disambung dengan Shalat Witir berjamaah dengan imam al-Habib Qosim bin Yahya Panguragan Jawa Barat. Sebagai penutup diakhiri dengan Tawasul yang diimami oleh al-Habib Abdurrahman bin Umar bin Yahya.
Dipenghujung kegiatan, adalah acara sambutan oleh Sesepuh dan Dewan Pembina Jama'ah Asy-Syahadatain Jawa Tengah Prof. Dr. Mustfid, M.Eng serta Tausiyah dari al-Habib Muhammad Aqil bin Yahya.
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
Sabtu, 12 Januari 2013
Taukah Anda Asror Khatam an-Nubuwwah?
Khatam an-Nubuwwah ini terdapat pada antara pundak Rasulullah. Munculnya stempel kenabian ini dikatakan sejak Rasulullah dilahirkan. Namun pendapat yang lain mengatakan munculnya setelah beberapa saat dilahirkan. Begitu muncul tanda kenabian tersebut bersamaan dengan keluarnya cahaya yang menjulang tinggi ke atas langit.
Asror dari Khatam an-Nubuwwah tersebut bagi kita di antaranya adalah diriwayatkan oleh at-Tirmidzi ra. beliau berkata: "Siapa yang berwudlu kemudian melihatnya (khatam an-nubuwwah) di waktu subuh, maka Allah menjaganya sampai sore hari. Siapa yang melihatnya di waktu Maghrib maka Allah menjaganya sampai waktu subuh. Siapa yang melihatnya pada permulaan bulan, maka Allah menjaganya sampai akhir bulan dari bala' dan mara bahaya. Siapa yang melihatnya pada waktu bepergian, maka kepergiannya akan menjadi berkah. Dan siapa yang meninggal pada tahun itu juga, maka Allah menutupnya dengan keimanan. Yang terpenting yang saya kehendaki dari Allah bahwa orang yang melihatnya dengan pandangan cinta dan iman sepanjang umurnya sekali, maka Allah menjaganya dari semua yang dibenci sampai bertemu dengan Allah"
Jamaah Asy-Syahadatain menggunakan lambang tersebut filosofinya adalah guru kita Abah Umar bin Ismail bin Yahya mengharapkan muridnya mendalami makna yang terkandung di dalamnya sehingga akan timbul cinta dan keimanan. Pada akhirnya setelah timbul cinta dan keimanan bahwa Allah adalah dzat yang esa dan yang hanya berhak disembah serta tidak mempunyai sekutu dan nabi Muhammad adalah hamba Allah dan utusanNya maka kemudian kita dijadikan seorang hamba yang dijaukan dari hal yang kita benci maupun Allah benci sehingga mudah untuk bertemu Allah.
Sumber: Madarij as-Su'ud: 50-51
Wallahu A'lam bis Shawab, 1 Rabiul Awwal 1434 H
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network