Kang aran sugih bungah susah eling Allah #
serta manut peritahe Rasulullah
Sapa wonge gonjang ganjing syahadate # Pikir
keder uripe banget repote
Kalimat syahadat merupakan sumber ideologi
Islam yang menjadi pondasi setiap amal shalih. Dalam setiap amal shalih pasti
akan beriringan dengan keimanan. Semakin baik kualitas amal shalih seseorang
maka semakin kuat kadar keimanan seseorang. Sebaliknya, semakin rusak amal
shalih seseorang maka semakin lemah pula keimanan seseorang.
Ideologi dibangun bukan hanya dengan
logika (akal) saja. Namun ideologi dibangun dan disusun dengan hati. Logika mempunyai
batasan yang mencegah sisi manusiawi untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi
untuk ber-tawajjuh (menghadap) Tuhannya. Pasang dan surutnya kadar
keimanan seseorang pula menggunakan takaran hati. Maka dalam penghujung
tasyahud akhir Rasulullah mengajarkan untuk membaca doa supaya menetapkan hati
kita pada agama Allah, sebagaimana dalam hadits
Berkata Abu Ya’la:
bercerita Syabab, bercerita kepada kami Muhammad bin Humran, bercerita kepada
kami Shafwan, bercerita kepada kami Ashim bin Kulaib, dari ayahnya, dari
kakeknya berkata:
“Aku masuk
masjid dan Rasulullah SAW. sedang shalat. Beliau meletakkan tangan kanannya
pada pupu kanannya dan berisyarat dengan jari telunjuknya seraya berdoa:
يا مقلب القلوب،
ثبت قلبي على دينك
‘wahai Pembolak-balik hati, tetapkan hatiku pada agama-Mu”
(Al-Mathaib
al-Aliyyah bi Zawaid al-Masanid as-Tsamaniyyah, karya Ibnu Hajar al-Atsqalani,
juz 1 hlm. 181)
Dalam kesempatan
lain Rasulullah pernah ditanya oleh Aisyah karena banyanya Rasul membaca doa
tersebut. Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah kenapa engkau memperbanyak doa
tersebut, apakah engkau takut?” Rasul menjawab: Tidaklah demikian keyakinannku
ya Aisyah! Hati hamba-hamba Allah adalah bagaikan di kedua jari dari jari-jari Allah
yang maha al-Jabbar. Ketika Ia menghendaki membalikkan hati hamba-Nya maka
berbaliklah hati itu”
(at-Tadzkirah,
Imam al-Qurthubi, juz 1 hlm. 42)
Seseorang yang telah dianugerahi Allah
memantapkan keimanannya di dalam hati maka ia bagaikan pohon yang kuat akarnya
dan batangnya menjulang tinggi ke angkasa. Buah keimanannya akan mudah untuk
dipetik, serta daya tahan pohon tidak akan mudah mati. Sebalikanya seseorang
yang rusak keimanannya, maka bagaikan pohon yang akarnya membusuk dan mengering.
Selanjutnya pohon itu akan mudah mati dan jatuh ke tanah.
Representative dari kuatnya keimanan hati
adalah konsistensi dalam melafalkan kalimat thayyibah yang membasahi bibir
sebagai dzikir atau wirid setiap saat. Sedangkan cerminan rusaknya hari ialah
keringnya bibir dari kalimat thayyibah yang efeknya akan mengeringkan dan mengeraskan
hati. Allah berfirman:
وَأُدْخِلَ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ
(23) أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي
أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ
كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ
(26) يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ
مَا يَشَاءُ (27)
“Dan dimasukkanlah
orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam syurga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka.
Ucapan penghormatan mereka dalam syurga itu ialah "salaam". Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu
memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan
kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan
akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim
dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 23-27)
Syaikh Nawawi al-Jawi dalam Tafsirnya
menjelaskan bahwa maksud dari al-Qaul as-Tsabit adalah Syahadat tiada
tuhan selain Allah. Beliau juga mengutip pendapat Ibnu Abbas bahwa aktualisasi
dalam usaha mengneguhkan hati pada kalimat syahadat adalah dengan men-dawam-kannya.
Ibnu Abbas berkata: “Siapa yang melanggengkan membaca syahadat di kehidupan
dunia maka Allah akan meneguhkannya di kubur dan Allah mengajarkannya.”
(Mirah al-Labid, Syaikh an-Nawawi al-Jawi,
hlm. 436)