(dua jam lebih dekat bersama K. Zainal Abidin Kanci Astanajapura Cirebon)
Setelah Kliwonan di Panguragan, kami dan teman-teman menyempatkan untuk bersilaturahim ke rumah K. Zainal Abidin Kanci Astanajapura Cirebon. Banyak hal yang kami dapatkan di sana, salah satunya adalah dalam tema kali ini “manjaga kekhusyu’an dalam bertawasul”. Berikut kami rangkumkan beberapa kiat dan diskripsi kekhusyu’an dalam bertawasul.
Allah SWT. dalam hal tawasul atau istilah lain adalah wasilah telah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (al-Maidah: 45)
Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa orang-orang yang beriman diseur untuk bertakwa kepada Allah, mencari jalan yang mendekatkan diri kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam jalan Allah. dengan demikian ada beberapa konsep secara implisit telah diterangkan dalam ayat tersebut. Konsep tersebut menjadi kiat dasar memperoleh tawasul dengan khusyu’:
1. Berimanlah kepada Allah. Janganlah kita mengingat apapun selain bertujuan untuk mengingat Allah dan beriman kepada-Nya
2. Bertakwa kepada Allah. Tujuan kita tawasul hanyalah mentaati perintah Allah untuk selalu mencari jalan yang mendekatkan diri dengan Allah melalui melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya
3. Mencari metode (thariqah) yang kiranya dapat mendekatkan diri dengan Allah. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Abah Umar:
Muhaiminan barisane ingkang lempeng # Eling Allah Rasulullah ingkang mancleng
Mancleng ati rasa ubah sing Pengeran # Mata ningal Rasulullah ning adepan
“Muhaiminan (sebuah penggilan) mari kita luruskan barisan # Ingat Allah Rasulullah dengan penuh konsentrasi
Khusyu’kan hati merasa gerak dari Allah # (seperti) mata melihat Rasulullah di depan mata”
Syair tersebut merupakan muqaddimah yang dibaca setiap kali akan melaksanakan tawasul, sekaligus sebagai peringatan bagi kita sifat tawasul yang baik adalah barisan disiplin, rapi, lurus dan hati konsentrasi untuk mengingat Allah dan Rasulullah. Konsentrasi tersebut meliputi hati yang khusyu’ sehingga sepertinya hati ini bergerak mengingat Allah yang menggerakkan adalah Allah. Artinya, hati pasrah untuk mengingat Allah. Kemudian mata sepertinya melihat bahwa Rasulullah ada di depan mata, sehingga memperoleh konsentrasi yang penuh.
4. Melaksanakan dengan sungguh-sungguh dalam jalan tersebut sebagaimana tuntunan Abah Umar yang telah saya sebutkan di atas.
Setelah keempat konsep tersebut kita lakukan maka kita akan memperoleh titel al-muflihun. Yaitu orang-orang yang beruntung. Orang yang beruntung digambarkan dalam surat al-Mu’minun.
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ () الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ()
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,” (al-Mu’minun: 1-2)
Dan orang-orang yang beriman adalah:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (al-Anfal: 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar