Kementerian Dalam Negeri RI Ikut Menyemarakkan Rajaban Jama'ah Asy-Syahadatain di Panguragan Cirebon
Eli Yuniarti yang hadir di tengah-tengah Jama'ah Asy-Syahadatain membuat sebagian orang bertanya-tanya. Ada apa gerangan dengan sosok yang satu ini? Ternyata beliau adalah staf ahli Kementerian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik. Beliau hadir tidak membawa misi politik apapun, namun beliau hadir murni tugas negara untuk meninjau langsung seberapa eksis Jama'ah Asy-Syahadatain yang katanya cukup besar.
Beliau yang mengaku orang netral ini berharap bahwa kunjungan beliau ke Masjid Agung Asy-Syahadatain Penguragan ini menjadi regulator untuk mempermudah urusan administrasi organisasi masyarakat. Hal ini dipandang perlu karena menjamurnya ormas yang baru lahir. Untuk menyikapi adanya ormas yang tidak bertanggungjawab maka pemerintah mewajibkan ormas terdaftar di Kementerian Dalam Negeri.
Jama'ah Asy-Syahadatain Indonesia sebagai salah satu ormas yang sudah terdaftar di Kementerian Dalam Negeri dengan pemimpin Habib Drs. Abdurrahman bin Umar, MBA Ph.D ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih kepada negara. Ormas Islam yang sudah terdaftar sejak 2001 lalu ini diharap mampu memberdayakan pemuda sebagai peran serta membangun bangsa.
Selain itu ada sektor yang sangan potensial yang dapat dikelola oleh Jama'ah Asy-Syahadatain, diantaranya seperti kerjasama dalam bidang ekonomi dan pertanian sebagaimana Ponpes Saung Balong Majalengka. Dengan demikian maka Jama'ah Asy-Syahadatain bisa ikut mensejahterakan anggotanya.
Pada penutupan pidatonya beliau mengingatkan tentang 4 pilar bangsa:
1. Pancasila
2. UUD 1945
3. Bhineka
4. NKRI
Rabu, 20 Juni 2012
Panguragan Saksi Eksistensi Ormas Jama'ah Asy-Syahadatain Indonesia
Masjid Agung Jama'ah Asy-Syahadatain Menjadi Saksi Eksistensi Ormas JAI
Sabtu, 9 Juni 2012 Jama'ah Asy-Syahadatain dari seluruh penjuru Indonesia berdatangan ke Masjid Agung Asy-Syahadatain di Panguragan, Cirebon, Jawa Barat untuk merayakan peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Acara yang dihadiri oleh ratusan ribu pengunjung ini merupakan acara rutin tahunan yang diadakan oleh Jama'ah Asy-Syahadatain.
Acara Rajabiah kali ini tidak seperti biasanya, karena turut hadir memberikan sambutan adalah staf ahli Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri Ibu Eli Yuniarti. Menurut Habib Abdurrahman bin Umar putra Syaikhuna al-Mukarram Abah Umar: "Hadirnya staf ahli Kementerian Dalam Negeri sebagai wujud sinergi antara hamba Allah dengan pemerintahan, sebagaimana firman Allah: athi'ullah wa athi' ar-rasul wa uli al-amr minkum (taat kepada Allah, taat Rasulullah dan pemerintahan)". "Pemerintahan mewajibkan Ormas untuk terdaftar di Kementerian Dalam Negeri, demikian pula Ormas Jama'ah Asy-Syahadatain Indonesia yang sudah terdaftar di Kementrian Dalam Negeri berkewajiban untuk memperpanjang Surat Keterangan Terdaftar dari Kementrian Dalam Negeri" tutur Habib Abdurrahman sebagai ketua umum Jama'ah Asy-Syahadatain Indonesia.
Dalam pidatonya, Habib Abdurrahman mengajak semua elemen jamaah untuk bersatu dan menjalin ukhuwah sebagaimana perintah Allah "wa'tashimu bi hablillah jami'an wa la tafarraqu" (dan bersatu padulah dengan tali Allah dan janganlah terpecah belah). Harapan beliau seluruh elemen jama'ah baik habaib, kiai, ustadz dan jamaah pada umumnya saling bersinergi menjalin ukhuwah yang tidak akan terombang-ambing oleh kelompok yang justru menjebak dalam kejumudan.
Beliau mengakhiri pidato dengan tidak bosan-bosannya mengingatkan kepada seluruh jamaah bahwa kita berkumpul di tempat mulia ini hanya untuk diaku menjadi Abah Umar sebagaimana syair:
Alhamdulillah angsal fadlale pengiran # Allah paring rahmat salam kanugrahan
Alhamdulillah dadi muride syaikhuna # kang percaya tambah mulia ora ina
(Alhamdulillah kita mendapatkan fadhal dari Allah karena telah memberikan kasih sayang, kedamaian dan anugrah. Alhamdulillah kita menjadi murid Syaikhuna yang apabila kita percaya akan tambah mulia dan tidak akan hina di sisi Allah)
Sabtu, 9 Juni 2012 Jama'ah Asy-Syahadatain dari seluruh penjuru Indonesia berdatangan ke Masjid Agung Asy-Syahadatain di Panguragan, Cirebon, Jawa Barat untuk merayakan peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Acara yang dihadiri oleh ratusan ribu pengunjung ini merupakan acara rutin tahunan yang diadakan oleh Jama'ah Asy-Syahadatain.
Acara Rajabiah kali ini tidak seperti biasanya, karena turut hadir memberikan sambutan adalah staf ahli Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri Ibu Eli Yuniarti. Menurut Habib Abdurrahman bin Umar putra Syaikhuna al-Mukarram Abah Umar: "Hadirnya staf ahli Kementerian Dalam Negeri sebagai wujud sinergi antara hamba Allah dengan pemerintahan, sebagaimana firman Allah: athi'ullah wa athi' ar-rasul wa uli al-amr minkum (taat kepada Allah, taat Rasulullah dan pemerintahan)". "Pemerintahan mewajibkan Ormas untuk terdaftar di Kementerian Dalam Negeri, demikian pula Ormas Jama'ah Asy-Syahadatain Indonesia yang sudah terdaftar di Kementrian Dalam Negeri berkewajiban untuk memperpanjang Surat Keterangan Terdaftar dari Kementrian Dalam Negeri" tutur Habib Abdurrahman sebagai ketua umum Jama'ah Asy-Syahadatain Indonesia.
Dalam pidatonya, Habib Abdurrahman mengajak semua elemen jamaah untuk bersatu dan menjalin ukhuwah sebagaimana perintah Allah "wa'tashimu bi hablillah jami'an wa la tafarraqu" (dan bersatu padulah dengan tali Allah dan janganlah terpecah belah). Harapan beliau seluruh elemen jama'ah baik habaib, kiai, ustadz dan jamaah pada umumnya saling bersinergi menjalin ukhuwah yang tidak akan terombang-ambing oleh kelompok yang justru menjebak dalam kejumudan.
Beliau mengakhiri pidato dengan tidak bosan-bosannya mengingatkan kepada seluruh jamaah bahwa kita berkumpul di tempat mulia ini hanya untuk diaku menjadi Abah Umar sebagaimana syair:
Alhamdulillah angsal fadlale pengiran # Allah paring rahmat salam kanugrahan
Alhamdulillah dadi muride syaikhuna # kang percaya tambah mulia ora ina
(Alhamdulillah kita mendapatkan fadhal dari Allah karena telah memberikan kasih sayang, kedamaian dan anugrah. Alhamdulillah kita menjadi murid Syaikhuna yang apabila kita percaya akan tambah mulia dan tidak akan hina di sisi Allah)
Belajar dari Isra' Mi'raj Nabi Muhammad saw.
Tausiah Habib Ahmad bin Ali bin Yahya
Ritual rutin tahunan pada bulan Rajab tahun ini berjalan dengan tertib, semarak dan penuh khidmat. Pasalnya pada bulan Rajab yang dimulyakan Allah ini banyak dihadiri oleh Habaib dan Masyayikh serta para jama'ah dari berbagai penjuru daerah.
Habib Ahmad bin Ali sebagai Imam Masjid Agung Asy-Syahadatain mengajak para jama'ah untuk bisa mengambil ibrah dari datangnya bulan yang penuh rahmat ini. "Momentum peringatan Isra' Mi'raj ini, mari kita niati untuk thalabul ilmi (menuntut ilmu), karena dengan demikian kita berangkat ke sini tidak akan sia-sia" tegas beliau di saat memberikan tausiah seusai menjalankan shalat Asar.
Beliau juga mengajak jamaah untuk melaksanakan tuntunan Abah Umar sebagai Syaikh at-Thariqah dengan sebaik-baiknya. Beliau mengingatkan kita harus bersyukur dipertemukan dengan tuntunan Abah Umar. Walaupun kita tidak bertemu dengan Abah Umar, tapi kita bertemu dengan tuntunannya Abah Umar. "Orang yang mengamalkan syariat Rasulullah walaupun tidak bertemu Rasulullah, maka dia tetap dikatakan sebagai umat Rasulullah. Demikian juga analoginya apabila kita menjalankan tuntunan Abah Umar walaupun tidak bertemu dengan beliau, maka kita tetap diaku sebagai murid beliau, insyaAllah" tegas Habib Ahmad saat memberikan tausiah.
Semakin banyaknya Jama'ah Asy-Syahadatain maka bagaikan buih dipantai yang dapat dipecahbelah dan dipolitisir oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Untuk itu Habib Ahmad juga mengajak jamaah untuk berhati-hati terhadap isu-isu negatif yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Habib Ahmad mengajak untuk memurnikan tuntunan Abah Umar dan jangan merubahnya. Karena tuntunan tersebut adalah paket yang tidak bisa dirubah maupun diganti. Jangan pula kita mudah terprofokasi oleh tuntunan yang jauh menyimpang dari Aqidah dan Syariat Islam. Kriteria tuntunan yang benar kata Rasulullah adalah "ma ana 'alaihi wa ashhabi" (apa yang terdapat padaku dan sahabatku).
Habib Ahmad menegaskan "Tidak ada yang paling benar di sini, karena semuanya adalah masih tahap belajat, mari kita silih asah, silih asih dan silih asuh dan jangan mengurangi dan menambahi aurad".
Ritual rutin tahunan pada bulan Rajab tahun ini berjalan dengan tertib, semarak dan penuh khidmat. Pasalnya pada bulan Rajab yang dimulyakan Allah ini banyak dihadiri oleh Habaib dan Masyayikh serta para jama'ah dari berbagai penjuru daerah.
Habib Ahmad bin Ali sebagai Imam Masjid Agung Asy-Syahadatain mengajak para jama'ah untuk bisa mengambil ibrah dari datangnya bulan yang penuh rahmat ini. "Momentum peringatan Isra' Mi'raj ini, mari kita niati untuk thalabul ilmi (menuntut ilmu), karena dengan demikian kita berangkat ke sini tidak akan sia-sia" tegas beliau di saat memberikan tausiah seusai menjalankan shalat Asar.
Beliau juga mengajak jamaah untuk melaksanakan tuntunan Abah Umar sebagai Syaikh at-Thariqah dengan sebaik-baiknya. Beliau mengingatkan kita harus bersyukur dipertemukan dengan tuntunan Abah Umar. Walaupun kita tidak bertemu dengan Abah Umar, tapi kita bertemu dengan tuntunannya Abah Umar. "Orang yang mengamalkan syariat Rasulullah walaupun tidak bertemu Rasulullah, maka dia tetap dikatakan sebagai umat Rasulullah. Demikian juga analoginya apabila kita menjalankan tuntunan Abah Umar walaupun tidak bertemu dengan beliau, maka kita tetap diaku sebagai murid beliau, insyaAllah" tegas Habib Ahmad saat memberikan tausiah.
Semakin banyaknya Jama'ah Asy-Syahadatain maka bagaikan buih dipantai yang dapat dipecahbelah dan dipolitisir oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Untuk itu Habib Ahmad juga mengajak jamaah untuk berhati-hati terhadap isu-isu negatif yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Habib Ahmad mengajak untuk memurnikan tuntunan Abah Umar dan jangan merubahnya. Karena tuntunan tersebut adalah paket yang tidak bisa dirubah maupun diganti. Jangan pula kita mudah terprofokasi oleh tuntunan yang jauh menyimpang dari Aqidah dan Syariat Islam. Kriteria tuntunan yang benar kata Rasulullah adalah "ma ana 'alaihi wa ashhabi" (apa yang terdapat padaku dan sahabatku).
Habib Ahmad menegaskan "Tidak ada yang paling benar di sini, karena semuanya adalah masih tahap belajat, mari kita silih asah, silih asih dan silih asuh dan jangan mengurangi dan menambahi aurad".
Senin, 11 Juni 2012
Hasil Musyawarah Majelis Masyayikh JAI dalam RAPIMNAS
Berikut ini hasil Musyawarah Majelis Masyayikh JAI dalam RAPIMNAS di Ponpes Nurul Huda Munjul tanggal 1-2 Juni 2012:
1. Perlu adanya sinergi antara berbagai karakteristik tokoh Jamaah Asy-Syahadatain dalam rangka pembenahan dari dalam dan solusi masalah kekinian
2. Memperkokoh ukhuwah Jamaah dengan berbagai unsur sehingga tercipta kedamain dan dihindarkan dari kesenjangan
3. Akan diadakan program-program yang dapat memajukan kualitas dan kuantitas Jamaah, seperti mengadakan diklat, musyawarah dan diskusi yang terstruktur
4. Meneruskan hasil rancangan program di MUKERNAS Cisarua Bogor tentang pembukuan Nadzom, Sejarah, Manaqib dan Adilah
5. Dalam rangka meneruskan hasil rancangan MUKERNAS Cisarua Bogor maka akan di adakan diskusi dan sharing secara sistematis dan terstruktur serta berkesinambungan pada even-even yang telah ditentukan seperti Kliwonan, Jablud dan lain-lain
6. Perbedaan persepsi mengenai tuntunan yang diberikan Syaikhuna al-Mukarram akan didiskusikan lebih lanjut secara berkala
7. Sepakat untuk mengedepankan ukhuwah jamaah dari pada kepentingan individu
8. DPP JAI diminta untuk membantu dalam penyelenggaraan even nasional di Panguragan seperti halnya Kliwonan, Rajaban dan Muludan
9. Rapat dipimpin oleh Ketua Drs. Amiruddin, M.Ag, Wakil Ketua Drs. Ahmad Bukhori Muslim, Sekretaris Yusuf Muhajir Ilallah, S.Th.I
1. Perlu adanya sinergi antara berbagai karakteristik tokoh Jamaah Asy-Syahadatain dalam rangka pembenahan dari dalam dan solusi masalah kekinian
2. Memperkokoh ukhuwah Jamaah dengan berbagai unsur sehingga tercipta kedamain dan dihindarkan dari kesenjangan
3. Akan diadakan program-program yang dapat memajukan kualitas dan kuantitas Jamaah, seperti mengadakan diklat, musyawarah dan diskusi yang terstruktur
4. Meneruskan hasil rancangan program di MUKERNAS Cisarua Bogor tentang pembukuan Nadzom, Sejarah, Manaqib dan Adilah
5. Dalam rangka meneruskan hasil rancangan MUKERNAS Cisarua Bogor maka akan di adakan diskusi dan sharing secara sistematis dan terstruktur serta berkesinambungan pada even-even yang telah ditentukan seperti Kliwonan, Jablud dan lain-lain
6. Perbedaan persepsi mengenai tuntunan yang diberikan Syaikhuna al-Mukarram akan didiskusikan lebih lanjut secara berkala
7. Sepakat untuk mengedepankan ukhuwah jamaah dari pada kepentingan individu
8. DPP JAI diminta untuk membantu dalam penyelenggaraan even nasional di Panguragan seperti halnya Kliwonan, Rajaban dan Muludan
9. Rapat dipimpin oleh Ketua Drs. Amiruddin, M.Ag, Wakil Ketua Drs. Ahmad Bukhori Muslim, Sekretaris Yusuf Muhajir Ilallah, S.Th.I
RAPIMNAS Mensinergikan Jamaah
RAPIMNAS yang berlangsung selama sehari semalam tersebut menghasilkan beberapa keputusan bersama dalam rangka mensinergikan kekuatan jama'ah. Kenyataan yang terjadi di lapangan Jama'ah Asy-Syahadatain masih melekat faham kekubuan yang menjadikan adanya jeda yang berakibat melahirkan kesenjangan ukhuwah jama'ah. Selain itu RAPIMNAS yang terbagi menjadi dua komisi ini juga bertujuan untuk merapatkan barisan untuk mensikapi peraturan pemerintah mengenai Organisasi Kemasyarakan Islam.
Komisi satu yang beranggotakan anggota Majelis Masyayikh Jama'ah Asy-Syahadatain dipimpin oleh ketua Majelis Masyayikh Jama'ah Asy-Syahadatain Drs. Amiruddin, M.Ag. Komisi yang berisi para Habaib, Kiai, Ustadz dan tokoh Jama'ah Asy-Syahadatain ini membahas tentang solusi problem kekinian jamaah. Menurut ketua Majelis Masyayikh JAI, sebagai lembaga independen dari Jama'ah Asy-Syahadatain Indonesia berkewajiban mensikapi problem yang timbul dari dalam dan luar jamaah. Dengan demikian berarti kita ikut andil dalam bagian memajukan Jama'ah Asy-Syahadatain.
Tegas beliau, "Majelis Masyayikh ini terdiri dari berbagai 4 karakter kiai. Pertama, kiai Tarekat yang sebagai pembina dan pembimbing tuntunan. Kedua, kiai Pesantren sebagai akademisi yang mendidik generasi penerus menjadi seorang salik yang shalih. Ketiga, kiai Dai sebagai pendakwah yang menyebarluaskan informasi mengenai segala hal tentang jamaah Asy-Syahadatain. Keempat, kiai Siyasat sebagai manajemen yang mengatur dan menfasilitasi para kiai untuk bermusyawarah. Keempat karakter ini apabila disatukan akan menjadi sebuah kekuatan yang dapat memperoleh kualitas dan kuantitas jamaah".
Sedangkan komisi dua yang beranggotakan pengurus DPP, DPW dan DPD Jamaah Asy-Syahadatain Indonesia membahas mengenai kelengkapan administrasi kelembagaan Ormas Islam yang harus terdaftar di Kementerian Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik.
Komisi satu yang beranggotakan anggota Majelis Masyayikh Jama'ah Asy-Syahadatain dipimpin oleh ketua Majelis Masyayikh Jama'ah Asy-Syahadatain Drs. Amiruddin, M.Ag. Komisi yang berisi para Habaib, Kiai, Ustadz dan tokoh Jama'ah Asy-Syahadatain ini membahas tentang solusi problem kekinian jamaah. Menurut ketua Majelis Masyayikh JAI, sebagai lembaga independen dari Jama'ah Asy-Syahadatain Indonesia berkewajiban mensikapi problem yang timbul dari dalam dan luar jamaah. Dengan demikian berarti kita ikut andil dalam bagian memajukan Jama'ah Asy-Syahadatain.
Tegas beliau, "Majelis Masyayikh ini terdiri dari berbagai 4 karakter kiai. Pertama, kiai Tarekat yang sebagai pembina dan pembimbing tuntunan. Kedua, kiai Pesantren sebagai akademisi yang mendidik generasi penerus menjadi seorang salik yang shalih. Ketiga, kiai Dai sebagai pendakwah yang menyebarluaskan informasi mengenai segala hal tentang jamaah Asy-Syahadatain. Keempat, kiai Siyasat sebagai manajemen yang mengatur dan menfasilitasi para kiai untuk bermusyawarah. Keempat karakter ini apabila disatukan akan menjadi sebuah kekuatan yang dapat memperoleh kualitas dan kuantitas jamaah".
Sedangkan komisi dua yang beranggotakan pengurus DPP, DPW dan DPD Jamaah Asy-Syahadatain Indonesia membahas mengenai kelengkapan administrasi kelembagaan Ormas Islam yang harus terdaftar di Kementerian Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik.
DPP JAI Menggelar RAPIMNAS
Pondok Pesantren Nurul Huda Munjul Astanajapura Cirebon, tanggal 1 dan 2 Juni 2012 mendadak ramai sudah sejak siang hari Jum'at. Keramaian ini bukan tidak disengaja, keramaian ini adalah atas undangan dari Dewan Pimpinan Pusat Jama'ah Asy-Syahadatain Indonesia dalam acara Rapat Pimpinan Nasional. Acara yang bertajuk "Konsolidasi Organisasi dengan Semua Unsur Jama'ah Asy-Syahadatain dalam Mensikapi Masalah Terkini" ini merupakan tidak lanjut dari Musyawarah Kerja Nasional Dewan Pimpinan Pusat Jamaah Asy-Syahadatain Indonesia di Cisarua Bogor 24 25 Juni 2011 lalu.
Menurut laporan data yang masuk ke pada redaksi penulis, tamu undangan adalah 200 orang dari unsur Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah (Provinsi), Dewan Pimpinan Daerah (Kabupaten) dan Anggota Mejalis Masyayikh Nasional, Wilayah serta Daerah se Indonesia. "Berdasarkan daftar hadir yang ada peserta yang hadir adalah lebih dari 200 orang, target tersebut melampau target undangan" tegas Agus Suhandi, MM salah satu panitia acara.
Acara yang semula dijadwalkan tanggal 2 dan 3 Juni ini diajukan karena usulan dari berbagai daerah yang menyesuaikan dengan kepentingan bersama. Acara tersebut berlangsung dengan lancar dan ramai. "Untuk sekelas pertemuan Nasional acara ini lebih sukses dibandingkan dengan acara sebelumnya. Disamping karena lokasi yang strategis dari berbagai daerah, Alhamdulillah kebanyakan anggota Majelis Masyayikh datang sehingga acara berjalan dengan lancar dan peserta pun antusias sampai acara selesai" kata Asep Ahmad, M.Ed selaku Sekretaris Jenderal DPP JAI. Tegasnya, "Yang paling sukses dalam acara ini adalah bertemunya pemimpin dan tokoh jamaah dari berbagai penjuru. Seperti Habib Ahmad bin Ali bin Yahya Panguragan (suami Sy. Zainab binti Umar red.), Habib Abdurrahman Bugel, Kiai Tubagus Damiri bin Ahmad Kebon Danas dan lain-lain".
Acara dibuka oleh Habib Abdurrahman, Ph.D bin Umar bin Yahya sebagai ketua Umum DPP JAI. Dalam pembukaannya beliau menegaskan bahwa salah satu jalan jamaah bisa bangkit adalah dengan mensinerginkan seluruh unsure baik pengurus maupun Masyayikh maupun tokoh jamaah. Dalam penutupan acara Habib Abdurrahman bin Umar juga berpesan dengan hal yang sama. Sambil meneteskan air mata beliau meminta maaf kepada seluruh jamaah. "Kita bukanlah siapa-siapa, kita di sini hanya ingin diaku sebagai murid Syaikhuna al-Mukarram Abah Umar bin Isma'il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Yahya" tegas beliau kepada seluruh peserta. Acara ditutup dengan mushafahah salim melantunkan shalawat "Shalallahu rabbuna 'ala nuril mubin Ahmad al-Musthafa sayyid al-Mursalin wa ala Alihi wa Shahbihi ajma'in dst."
Menurut laporan data yang masuk ke pada redaksi penulis, tamu undangan adalah 200 orang dari unsur Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah (Provinsi), Dewan Pimpinan Daerah (Kabupaten) dan Anggota Mejalis Masyayikh Nasional, Wilayah serta Daerah se Indonesia. "Berdasarkan daftar hadir yang ada peserta yang hadir adalah lebih dari 200 orang, target tersebut melampau target undangan" tegas Agus Suhandi, MM salah satu panitia acara.
Acara yang semula dijadwalkan tanggal 2 dan 3 Juni ini diajukan karena usulan dari berbagai daerah yang menyesuaikan dengan kepentingan bersama. Acara tersebut berlangsung dengan lancar dan ramai. "Untuk sekelas pertemuan Nasional acara ini lebih sukses dibandingkan dengan acara sebelumnya. Disamping karena lokasi yang strategis dari berbagai daerah, Alhamdulillah kebanyakan anggota Majelis Masyayikh datang sehingga acara berjalan dengan lancar dan peserta pun antusias sampai acara selesai" kata Asep Ahmad, M.Ed selaku Sekretaris Jenderal DPP JAI. Tegasnya, "Yang paling sukses dalam acara ini adalah bertemunya pemimpin dan tokoh jamaah dari berbagai penjuru. Seperti Habib Ahmad bin Ali bin Yahya Panguragan (suami Sy. Zainab binti Umar red.), Habib Abdurrahman Bugel, Kiai Tubagus Damiri bin Ahmad Kebon Danas dan lain-lain".
Acara dibuka oleh Habib Abdurrahman, Ph.D bin Umar bin Yahya sebagai ketua Umum DPP JAI. Dalam pembukaannya beliau menegaskan bahwa salah satu jalan jamaah bisa bangkit adalah dengan mensinerginkan seluruh unsure baik pengurus maupun Masyayikh maupun tokoh jamaah. Dalam penutupan acara Habib Abdurrahman bin Umar juga berpesan dengan hal yang sama. Sambil meneteskan air mata beliau meminta maaf kepada seluruh jamaah. "Kita bukanlah siapa-siapa, kita di sini hanya ingin diaku sebagai murid Syaikhuna al-Mukarram Abah Umar bin Isma'il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Yahya" tegas beliau kepada seluruh peserta. Acara ditutup dengan mushafahah salim melantunkan shalawat "Shalallahu rabbuna 'ala nuril mubin Ahmad al-Musthafa sayyid al-Mursalin wa ala Alihi wa Shahbihi ajma'in dst."
Langganan:
Postingan (Atom)