Tausiah Habib Ahmad bin Ali bin Yahya
Ritual rutin tahunan pada bulan Rajab tahun ini berjalan dengan tertib, semarak dan penuh khidmat. Pasalnya pada bulan Rajab yang dimulyakan Allah ini banyak dihadiri oleh Habaib dan Masyayikh serta para jama'ah dari berbagai penjuru daerah.
Habib Ahmad bin Ali sebagai Imam Masjid Agung Asy-Syahadatain mengajak para jama'ah untuk bisa mengambil ibrah dari datangnya bulan yang penuh rahmat ini. "Momentum peringatan Isra' Mi'raj ini, mari kita niati untuk thalabul ilmi (menuntut ilmu), karena dengan demikian kita berangkat ke sini tidak akan sia-sia" tegas beliau di saat memberikan tausiah seusai menjalankan shalat Asar.
Beliau juga mengajak jamaah untuk melaksanakan tuntunan Abah Umar sebagai Syaikh at-Thariqah dengan sebaik-baiknya. Beliau mengingatkan kita harus bersyukur dipertemukan dengan tuntunan Abah Umar. Walaupun kita tidak bertemu dengan Abah Umar, tapi kita bertemu dengan tuntunannya Abah Umar. "Orang yang mengamalkan syariat Rasulullah walaupun tidak bertemu Rasulullah, maka dia tetap dikatakan sebagai umat Rasulullah. Demikian juga analoginya apabila kita menjalankan tuntunan Abah Umar walaupun tidak bertemu dengan beliau, maka kita tetap diaku sebagai murid beliau, insyaAllah" tegas Habib Ahmad saat memberikan tausiah.
Semakin banyaknya Jama'ah Asy-Syahadatain maka bagaikan buih dipantai yang dapat dipecahbelah dan dipolitisir oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Untuk itu Habib Ahmad juga mengajak jamaah untuk berhati-hati terhadap isu-isu negatif yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Habib Ahmad mengajak untuk memurnikan tuntunan Abah Umar dan jangan merubahnya. Karena tuntunan tersebut adalah paket yang tidak bisa dirubah maupun diganti. Jangan pula kita mudah terprofokasi oleh tuntunan yang jauh menyimpang dari Aqidah dan Syariat Islam. Kriteria tuntunan yang benar kata Rasulullah adalah "ma ana 'alaihi wa ashhabi" (apa yang terdapat padaku dan sahabatku).
Habib Ahmad menegaskan "Tidak ada yang paling benar di sini, karena semuanya adalah masih tahap belajat, mari kita silih asah, silih asih dan silih asuh dan jangan mengurangi dan menambahi aurad".
Kenapa Abah Umar yg jadi icon, bukan Rasulullah yg pelajarannya telah tertulis di berbagai kitab., bahkan Alquran?. Judul tulisan adalah belajar Isra Mi'raj dari Rasulullah. Adakah dengan ayat-ayat Alquran Anda telah mengoreksi atau mengkritisi kisah Isra-Mi'raj. Ini bukan menghujat, namun dlm rangka thalabul 'ilmi, sebagaimana yg habib tegaskan. Betulkah thariqah (segment dri Sufistis) tidak menambah dan mengurangi Aurad ?
BalasHapusSahabat Aki yang dirahmati Allah, sebelum kita jauh berdiskusi, mohon anda mengenal terlebih dahulu apa itu Jama'ah Asy-Syahadatain yang menurut anda bagian dari sufistik.
HapusRasulullah adalah "basyar la ka al-basyar, bal huwa ka al-yaqut baina al-hajar" (manusia tapi tidak layaknya manusia biasa, bahkan beliau berlian diantara bebatuan). Maksud saya menyebutkan kiasan tersebut adalah menunjukkan kesempurnaan beliau. Ditambah lagi "wa ma yanthiqu an al-hawa, in huwa wahyun yuha" sungguh semua yang dicerminkan beliau adalah berdasarkan wahyu dari Allah.
Bahkan dalam setiap apa yang beliau sabdakan mengandung grand consept yang sepatutnya kita hidupkan (baca: interpretasikan) kemasa kekinian. Kalau kita hanya memahami cerita isra' mi'raj adalah cerita yang mati, maka cukuplah itu menjadi sebuah cerita yang telah usang. Sebaliknya apabila kita mengabil sebuah grand consept di dalam cerita tersebut maka cerita itu akan menjadi inspirasi siapa saja yang membacanya, memahaminya, dan memaknai di dalam kehidupannya hari ini.
Hubungan dengan Jama'ah Asy-Syahadatain mengadakan haflah Isra' Mi'raj, pastinya ada sebuah makna tersirat di dalam perjalanan isra' mi'raj, diantaranya perjalanan spiritual Rasulullah yang patut kita contoh tentang putusan Allah tentang syariat Shalat lima waktu. Dengan demikian mari kita menjaga dengan kuat syariat tersebut dan jangan ada yang merubah.